Angin berhembus lembut melewati
sepasang remaja yang sedan duduk bersisian beralaskan rumput. Mereka duduk
menghadap sebuah danau yang terbentang luas. Lisa menyenderkan kepalanya ke
bahu Fajar yang tegap.
“Lis…” Panggil Fajar tiba-tiba
dan membuat Lisa menoleh kepadanya. “Maafin aku ya.”
“Maafin apa, Jar? Kamu kan ga
salah apa-apa.” Lisa heran dengan pernyataan maaf Fajar yang tiba-tiba. Lisa menatap kedua bola mata Fajar, berusaha
mencari jawaban.
“Aku suka keras kepala. Kadang,
aku cuek. Aku juga ga bisa nyanyi kayak cowo-cowo romantis itu. Aku ga
pinter-pinter banget. Aku…” belum sempat Fajar menyelesaikan kalimatnya, Lisa
meletakkan jari telunjuknya ke depan bibir Fajar dan membuatnya terdiam. Lisa
tersenyum manis.
“Terus kenapa kalo kamu keras
kepala? Terus kenapa kalo kamu kadang cuek? Emangnya romantis itu selalu dengan
nyanyian?” Tanya Lisa. Fajar hanya terdiam sambil menatap wajah Lisa
lekat-lekat.
“Semua itu ga penting buat aku,
Jar. Mau kamu keras kepala, cuek, perhatian banget, bisa nyanyi atau engga,
kamu pinter atau bodoh. Aku, cintanya sama kamu yang begini. Kamu yang apa
adanya.” Jelas Lisa sambil tersenyum, Fajar ikut tersenyum mendengar perkataan
Lisa yang terdengar begitu manis di telinganya.
“Kenapa kamu bisa mencintaiku seperti ini, Lis?”
“Memangnya, mencintai seseorang
butuh alasan?” sekali lagi, Lisa berhasil membuat Fajar tersenyum.
“Lisa, aku bangga banget punya
kamu. Kamu… bener-bener buat aku ngerasa
sempurna untukmu.” Ucap Fajar tulus lalu merangkul bahu Lisa halus. Angin yang
berhembus punmenjadi saksi akan ketulusan cinta mereka berdua. Ya, cinta memang
tidak butuh alasan.
Hai nama aku lisa juga loh. Hahaha. Andai fajar itu bener2 nyata di hidup aku. :))
ReplyDelete