Tempat biasa, jam 8 malam
Alika membaca pesan yang baru
saja ia terima berulang-ulang. Ia mengerti maksud surat itu, sungguh ia
mengerti. Tempat biasa yang dimaksud Roy, kekasihnya, adalah lantai paling atas
dari gedung apartemen mereka. Alika sungguh mengerti mengapa Roy memintanya
untuk menemuinya mala mini, tentu saja, hari ini tepat hubungan mereka meginjak satu tahun. Yang
tidak ia mengerti, mengapa harus malam hari? Mengapa tak saat sore hari? Bukankah
menyasikan terbenamnya matahari bersama-sama itu… romantis?
***
Sepuluh menit sebelum pukul
delapan. Alika mematut bayangan dirinya di depan cermin. Memastikan
penampilannya sebelum bertemu Roy di hari spesial mereka. Memang belum pukul
delapan, tetapi Alika sudah berjalan menuju lantai atas.
Seketika bulu kuduknya meremang.
Gelap, di sana benar-benar gelap. Tak seperti biasanya, lampu-lampu kecil yang
ada di atas semuanya padam. Baru saja Alika hendak untuk kembali turun ke
apartemennya. Ia mendengar suara itu.
“Jangan ke mana-mana, Alika…”
sungguh, Alika tahu pasti itu suara Roy.
“Roy, di mana???” tanya Alika
sedikit panik, namun Roy tak menjawabnya, membuat Alika semakin panik.
DUAAARR!
Suara ledakan yang tidak begitu
kencang tiba-tiba terdengar kurang lebih tujuh meter di depan Aiika. Warna
warni kembang api terlihat jelas menghiasi langit yang cerah saat itu. Tepat saat
itu pula, lampu-lampu kecil yang tadi padam kembali menyala, dan saat itu Alika
mampu melihat sosok Roy yang tersenyum lembut ke arahnya dengan jelas.
“Roy…” Alika tak mampu lagi
berkata-kata, ia terlalu bahagia.
Roy melangkah pelan mendekati
Alika. Roy tampak mengambil sesuatu dari kantong celananya, sebuah lipatan
kertas, lalu ia memberikan kertas itu pada Alika.
Alika tampak bingung saat Roy memberi
kertas itu, Alika buka lipatan tiap kertas perlahan-lahan lalu…
“Alika, maukah kau menjadi
wanita yang akan mengisi hari-hari tuaku nanti?”
“Roy…” Alika kembali tak mampu
berkata-kata.
“Maukah?”
“Apalagi yang bisa aku katakan?
Tentu saja, Roy….” Jawab Alika pasti. Spontan Roy langsung memeluk Alika.
“Maaf ya, cincinnya baru gambar
aja. Belum sempet beli hehehe.” Aku Roy malu.
“Cuma cincin. It’s more than enough… Apa artinya
sebuah cincin mahal jika kamu apa adanya sudah cukup?”
Roy tersenyum mendengar ucapan
Alika dan kembali memeluknya erat. Semua
karena cinta.
No comments:
Post a Comment